Jumat, 12 Oktober 2012

Thanks God ♥

Siang, Veliza waktunya minum obat!” terdengar suara lembut dari balik pintu diiringi suara langkah kaki yang semakin mendekat membuyarkan lamunanku.

Ya” jawabku lemah. Suster Reni memberikan obat-obatan yang aku benci. Aku benci minum obat, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak aku divonis menderita kanker otak setengah tahun lalu, obat mau tidak mau harus menjadi sahabatku.

Veliz, kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?” Tanya suster Reni dengan penuh perhatian sambil mengelus kepalaku. Suster Reni sangat baik dan sabar terhadapku. Kami bersahabat sejak aku menjadi pelanggan tetap rumah sakit ini.

Sus, biasanya berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk orang yang mempunyai penyakit seperti aku?” tanyaku datar.

Veliz, tidak ada yang pernah tau umur seseorang. Itu semua rahasia Tuhan”. Jawab suster Reni sambil memelukku.

Kamu harus tetap berjuang untuk kamu sendiri, orang-orang yang mencintai kamu dan kamu cintai, lakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan. Sekarang kamu tidur ya! Kamu harus banyak istirahat agar kamu cepat sembuh! Selamat malam sayang, mimpi indah ya!” ujar suster Reni dan pergi berlalu setelah memastikan aku sudah meminum semua obat yang dia berikan. ”Oh ya hampir saja lupa, mulai besok kamu akan ditangani dokter baru, karena dokter Hendrawan akan melakukan riset keluar negri selama beberapa bulan”. Kepala suster Reni muncul dari balik tirai sambil tersenyum. Dan kali ini dia benar-benar pergi.

Aku mengambil diaryku sambil tersenyum mengingat kata-katanya,
Berjuang? Lakukan yang terbaik? Apa yang bisa dilakukan anak 19 tahun yang telah divonis kanker seperti aku. Berjuang untuk apa? Lakukan yang terbaik untuk siapa? Akupun tidak pernah merasakan cinta. Dari kedua orangtuaku pun tidak. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Apakah mereka mencintai aku?? Apa cinta itu ada?????

♥♥♥

Veli... oh dia masih tertidur dok” bisik suster Reni pada dokter disebelahnya.

Jadi gadis ini yang dokter Hendrawan
ceritakan?” tanya dokter Denny pelan.

Dia bangun”. Ucap dokter Denny sambil memberi isyarat kepada suster Reni.

Pagi Veliza”. Sapa suster Reni hangat. “Ayo kamu tidur jam berapa semalam?”

Aku hanya tersenyum, sambil sekuat tenaga mengumpulkan seluruh energiku untuk benar-benar bangun dan membuka mataku. Tapi ada yang aneh hari ini. Siapa sosok laki-laki disebelah suster Reni yang menatapku tajam? Tanyaku dalam hati.

Jam berapa ini?” tanyaku lemah. Terus terang aku masih mengantuk

Jam 8.30 sayang.” Jawab suster Reni sambil menunjukkan jam tangannya. ”Gimana keadaan kamu hari ini? Baik?”

Ya, seperti biasanya” jawabku datar.
Suster Reni hanya tersenyum mendengar langganan atas jawabanku.

Oh ya sampai lupa, Veliza perkenalkan ini dokter Denny, dia yang akan menggantikan dokter Hendrawan.”
dokter Denny mengulurkan tangannya untuk bersalaman, akupun menyambutnya.

Hi Veliza, senang berkenalan dengan kamu.” sapanya sambil tersenyum hangat.

Hi” jawabku datar. Aku tidak pernah mau peduli dengan dokter-dokter yang akan merawatku, buatku semua sama saja. Sama-sama dokter yang kerjaannya membuatku tersiksa.

Sekarang saya periksa kamu dulu ya!” dia pun mulai memeriksaku. ”Kondisi kamu cukup baik, kalau kondisi kamu stabil seperti ini terus, kamu akan cepat sembuh.”

Wah bisa cepat pulang dong dok?” tanya suster Reni antusias.

Ya” jawab dokter Denny sambil tersenyum.

Aku hanya diam, tidak menanggapi. Buatku, kata-kata itu adalah sandiwara dokter dan suster untuk memberikan semangat pada pasien-pasien yang hampir sekarat seperti aku. Aku muak dengan kebohongan mereka. Mungkin maksud mereka baik, tetapi mereka tidak pernah tahu kalau kebohongan itu bisa membuat harapan kosong yang akan menyakitkan nantinya.

Veliz” suara suster Reni membuyarkan lamunanku. ”Kamu melamun lagi sayang?”

Dok, tolong jangan pernah memberikan saya harapan seperti tadi. Sembuh? Apa ada orang yang menderita kanker dan bisa sembuh? Saya tahu dok, saya gak mungkin bisa sembuh. Jadi dokter gak usah kasih saya harapan apa-apa.” sahutku dingin.

Suster Reni dan dokter Denny pun terkejut dengan kata-kata yang aku lontarkan. Suster Reni sangat mengerti kepedihanku, diapun hanya bisa terdiam.

Kata siapa orang yang menderita penyakit kanker tidak bisa sembuh?” tanya dokter Denny.

Aku diam dan memalingkan wajahku
kearah jendela.

Memang panyakit yang kamu alami adalah penyakit mematikan. Mungkin hanya 1 diantara jutaan orang yang bisa sembuh dan kembali hidup normal. Tetapi harapan untuk mejadi 1 diantara jutaan orang itu selalu ada jika kamu mau!

Veliz, saya tahu tidak mudah menjalani hidup dalam keadaan sakit seperti kamu. Namun hidup harus tetap berjalan. Jangan pernah berhenti untuk berharap. Karena dengan harapan, kita mempunyai semangat untuk melakukan yang terbaik”. ujar dokter Denny sebelum dia pergi meninggalkan kamarku.

Sayang, kamu makan dulu ya sarapannya, setelah itu minum obatnya.” perintah suster Reni. Akupun menurut. Setelah memastikan aku memakan sarapanku dan meminum obatnya suster Reni berpamitan untuk menjalankan tugasnya yang lain.

Harapan? Harapan apa yang pantas untuk orang yang sedang menunggu ajal seperti aku? Aku hanya bisa menangis dan mendekap diary ku erat-erat.

♥♥♥

Hi Veliz....” terdengar teriakan dari balik tirai. Surprise!!! Hehehehe... merekapun bermunculan satu persatu.

I miss you beib” seru Sasa, Jenifer dan Kevin bersamaan.

Mereka adalah sahabat-sahabatku sejak SMP.

Hi guys!” sapaku ceria. Aku selalu senang akan kedatangan mereka. Hanya mereka yang mampu menghibur kesedihanku.

Vel, kamu abis nangis?” tanya Jenifer yang akrab dipanggil jeje.

"Hah? gak kok.” jawabku berbohong, berharap mereka mempercayainya.

Bener?” sambung Kevin sebelum pergi mangambil kursi roda untukku.

Iya. Aku kan udah janji untuk gak nangis lagi.” ujarku menyakinkan mereka.

Aku memang sudah berjanji pada diriku sendiri dan kepada mereka untuk tidak menangis lagi karena penyakitku ini. Tapi mendengar kata-kata dokter Denny tadi pagi, entah kenapa air mataku jatuh lagi.

Merekapun tersenyum mendengar jawabanku dan sepertinya berusaha untuk mempercayainya.

Kalian bawa apa?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Biasa, kita bawa puding buah kesukaan kamu nih!” jawab Sasa sambil mengeluarkan puding yang dibawa. Kevin kembali dengan membawa kursi roda untukku. Sasa dan Jeje membantu aku untuk duduk dikursi roda itu dan kami pun berjalan ke taman.

Vel, tadi kita ketemu dokter ganteng loh.” celoteh Jeje ditengah perjalanan menuju taman

Kaya bintang film korea hehehe......”

Ha? Masa sih? Aku gak pernah liat.” jawabku

Ia Vel kita juga baru liat tadi. Kayaknya selama ini besuk kamu belum pernah liat deh dokter ganteng yang satu ini.” Sasa menimpali sambil senyum-senyum sendiri.

Duh loe orang ya, gak bisa ngeliat yang ganteng dikit langsung pada belingsatan gitu kaya cacing kepanasan. Emang gue kurang ganteng apa?” ujar Kevin sambil bergaya layaknya model.

Ia loe ganteng kok. Tapi kalo dibandinginnya sama sih ciko, anjing gue!” jawab Jeje sambil tertawa.

Merekapun bercerita banyak di taman sambil memakan puding buah yang dibawa Sasa. Dari mulai gosip-gosip yang lagi hot, kejadian-kejadian lucu dikampus, sampai cerita mengenai cewek yang sedang tergila-gila dengan Kevin sahabatku. Aku sangat senang mendengar cerita mereka.

Vel-vel” teriak Sasa mengagetkan. ”Itu Vel si dokter ganteng”.

Iya iya itu dia yang kita maksud tadi” Jeje menimpali sambil melihat ke arah kantin rumah sakit yang berada di sebrang taman, tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Mana sih? Disitukan banyak dokter lagi makan.” tanyaku bingung

Oh my hunny bunny sweety... disitu emang banyak dokter yang lagi makan, tapi yang ganteng and masih muda kan cuma satu!” ujar Sasa sambil menggelengkan kepala

Hunny, masa kita terpesona sama dokter-dokter yang udah kadaluarsa kaya gitu sih. Please deh?”
Mereka semua tertawa mendengar perkataan Sasa.

Ih parah loe, dosa tau ngatain orang tua” sambung Kevin sok bijak

Dosa-dosa tapi loe juga ketawa. Dasar loe munaroh, temennya si munafik!”

Aku tertawa geli melihat mereka beradu mulut sambil memperhatikan ke arah kantin, penasaran dengan dokter ganteng yang dimaksud oleh Sasa dan Jeje.

"Jangan-jangan yang pake kemeja coklat?” tanyaku menghentikan tawa mereka.

Yupsssss beib, gimana ganteng kan?” tanya Jeje sambil senyam senyum sendiri.

Oh”

Loh kok cuma oh sih?” sambung Sasa bingung.

Itu dokter Denny, sampai dokter Hendrawan pulang dari luar negri, dia yang akan menangani aku.” Jawabku datar.

WHAT?” teriak Sasa dan Jeje memekakkan telinga.

Ya ampun Vel, enak dunk tiap hari bisa liat yang bening-bening hehehe”. seru Sasa dengan semangat 45.

Tapi loe kok kayaknya biasa aja sih? Harusnyakan loe seneng, yang ngerawat loe ganteng. Ya walaupun dokter Hendrawan juga ganteng tapi kan udah tua, udah gak asik lagi dikecengin hahahaha.... Kalo ibarat vitamin dokter Denny A+, dokter Hendrawan B+.” Mendengar celotehan Jeje mereka semuapun tertawa geli.

Ih sinting loe ya Je? Loe kira dikampus, ngeceng? Parah nih anak! Alvin sanggup ya punya cewek kaya loe?” sahut Kevin sambil menggelengkan kepala.

Hus..becanda kali Vin, tapi kalo dia mau sama gue sih, gue gak bakal nolak hahaha.”

Hmm, lagi pada cerita apa nih? Seru banget kayaknya!” suara suster Reni yang tiba-tiba muncul membuat kami semua berhenti tertawa.

Hi sus..” sapa Sasa, Jeje, dan Kevin.

Loh kok berhenti ketawanya?”

Hehehe, gak enak hati sama suster” kata Jeje sambil tersipu malu.

Suster gak dengerkan?”

Denger? Denger apa? Saya cuma denger kalian ketawa aja tuh!” jawab suster Reni.

Amin.” sahut Jeje lega.

Aku, Sasa, dan Kevin tertawa melihat tingkah laku Jeje.

Veliz, waktunya pemeriksaan labolatorium. Dokter Denny udah nungguin kamu di ruang lab. Maaf ya ganggu waktu kalian” ucap suster Reni.

Kita juga udah mau pamit kok sus” sahut Sasa.

Merekapun memelukku berpamitan. ”We love you hunny, btw titip salam ya sama si ganteng.” bisik Sasa dan Jeje sambil tertawa kecil.

Aku hanya bisa tertawa mendengar kecentilan dua sahabatku itu.

Vel, takecare ya!
Sus, kita pamit dulu. Titip Veliz ya!” ujar Kevin kepada suster Reni. Suster Reni pun tersenyum

Saya akan merawatnya dengan baik”.

Bye-bye, i will miss you so much!”. Sahutku mengiringi kepergian mereka.

Suster Reni mendorongku ke ruang lab yang cukup jauh dari taman.

Suster seneng deh liat kamu ceria kaya gini. Emangnya tadi ngegosipin apa sih? Kok kayaknya seru banget?” Tanya suster Reni penasaran.

Aku tersenyum membayangkan lelucon Jeje tadi, tidak terbayang kalo suster Reni sampai tau.

Ada deh. Kalo yang ini suster gak boleh tau hehehe”

Setibanya kami di ruang lab, suster Reni pun meninggalkanku. Sudah ada dokter Denny dan Koas Kelly asistennya dokter Hendrawan.

Halo Veliz cantik hari ini wajah kamu keliatannya ceria sekali” sapa koas Kelly sambil tersenyum.

Aku hanya tersenyum kecil. Aku memang akan menjadi pendiam saat berhadapan dengan anggota rumah sakit. Bahkan beberapa suster malas berbicara denganku, karena aku hanya menaggapi semua perkataan mereka dengan senyum seadanya. Tapi tidak dengan koas Kelly, dia tetap ramah denganku. Walaupun aku selalu menanggapinya dengan senyum yang terpaksa.

Bisa dimulai?” suara dokter Denny meminta persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan. kurang lebih satu jam aku menjalani pemeriksaan. Entah pemeriksaan apa itu, aku tidak pernah mau tau.

Dok, saya pamit duluan ya. Saya udah terlambat nih mau kencan hehehe.

Veliz, saya duluan ya.” pamit Koas Kelly terburu-buru. Aku dan dokter Denny hanya mengangukkan kepala.

Aku menunggu jemputan suster Reni yang tidak kunjung datang.

Dering telepon cukup ampuh memecahkan keheningan.

Saya akan antar kamu ke kamar” ujar dokter Denny setelah menerima telepon.

Suster Reni pulang cepat, anaknya sakit”. Dia pun langsung mengantarku ke kamar.

♥♥♥

Keadaanku semakin membaik, dan hari ini aku diperbolehkan untuk pulang. Walaupun kedua orangtuaku masih tetap sibuk, tetapi setidaknya aku terbebas dari penjara rumah sakit ini. Hubunganku dengan dokter Denny tidak terlalu baik, sama dengan semua dokter yang ada disini. Namun, sebelum aku pulang dokter Denny meminta izin untuk mengajakku kesuatu tempat. Setelah beberapa kali aku menolaknya, akhirnya aku menyetujuinya karena terpaksa.

Veliz, kamu sudah siap?” suara dokter Denny yang tiba-tiba muncul bersama suster Reni.

Sudah dok!” jawabku

Veliz sayang jangan lupa ya, minum obat dan kontrol secara teratur!” ujar suster Reni dengan penuh perhatian sambil merangkulku. Aku hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa dan memeluknya sebagai tanda perpisahan, perpisahan sementara karena aku pasti akan kembali.

♥♥♥

Selama perjalanan, aku hanya terdiam memperhatikan jalan. Sesekali dokter Denny bertanya mengenai diriku untuk memecahkan keheningan.

Akhirnya mobil yang aku naiki berhenti didepan sebuah rumah berbalut cat biru langit yang memiliki taman yang cukup luas. Satu lagi, banyak anak-anak yang sedang main ditaman itu.

Turun yuk, kita sudah sampai!” kata dokter Denny antusias

Kita dimana?” tanyaku penasaran

Hmmmm.... dimana ya?” katanya semakin membuatku penasaran.

Kalo dokter gak mau kasih tau aku gak mau turun!” ancamku kesal

Dokter Denny tertawa kecil mendengar ancamanku ”Veliz, kamu tau gak? Kalo kamu pasien aku yang paling radikal yang pernah aku temuin!”

Radikal?” tanyaku

Ya! Aku, bahkan semua orang dirumah sakit jarang sekali mendengar suara kamu. Kalo ditanya, kamu cuma senyum seadanya.

Radikalkan?” kata dokter Denny sambil menatapku. Aku terdiam dan langsung mengalihkan pandanganku.

Tuhkan bener! Velz, aku tau ini bukan diri kamu yang sesungguhnya. Diri kamu yang sesungguhnya cuma bisa aku lihat saat kamu bersama teman-teman kamu.” serunya dengan lembut, dia terdiam sejenak dan kemudian melanjutkan perkataannya

Aku memang gak pernah bisa memposisikan diri aku sebagai kamu, tapi aku selalu bisa merasakan apa yang pasien aku rasakan, termasuk terhadap kamu. Satu hal yang harus kamu tau dan sadari, Hidup yang sekarang kita jalani adalah anugrah Tuhan. Anugrah Tuhan yang membuat kita masih bisa menghirup udara bebas seperti sekarang. Jangan pernah takut dengan vonis yang nyatakan oleh manusia. Dokter hanya manusia biasa yang juga hidup karena anugrah Tuhan. Serahkan semua kekhawatiran kamu sama Tuhan, karena Tuhan yang memiliki kehendak penuh atas hidup kamu dan Tuhan juga tau yang terbaik untuk kamu. Jangan pernah berhenti berharap Veliz, menjadi 1 diantara jutaan orang untuk mendapatkan mujizat-Nya.” kata-kata yang baru saja aku dengar sanggup membuat hatiku bergetar, air matakupun jatuh tidak tertahankan. Aku sadar kalau selama ini ada yang sudah aku lupakan Tuhan yang mempunyai seluruh hidup manusia.

Itu adalah Rumah Pelangi. Aku dan teman-temanku percaya kalau Tuhan akan selalu menjanjikan pelangi untuk setiap anak-anak-Nya.” kata dokter Denny sambil memberikan sapu tangannya kepadaku.

Hapus air mata kamu dan turunlah, kamu akan menemukan anak-anak dengan jutaan harapan yang mereka miliki”

Aku menghapus air mataku dan turun mengikutinya.

Teriakkan dan pelukkan menghujaninya, sambutan yang sangat hangat.

Ini adalah panti asuhan yang aku dirikan bersama dengan beberapa teman-temanku. Kamu lihat anak-anak ini? Mereka sudah dibuang sejak kecil, tetapi mereka tidak larut dalam kesedihan. Mereka tau kalau mereka harus tetap menjalani hidupnya untuk suatu harapan yang mereka miliki. Terus terang, aku juga banyak belajar dari mereka. Mereka yang tidak pernah menyerah untuk terus berharap menggapai cita-cita yang mereka miliki.” cerita dokter Denny terakhir sebelum dia pergi bermain dengan anak-anak kecil itu.

Aku duduk disudut ruangan dan merenungkan semua yang telah terjadi didalam hidupku. Air matakupun tidak tertahankan lagi membasahi pipiku mengingat semuanya. Sejak divonis kanker setengah tahun lalu, hatiku hancur berkeping-keping. Semua cita-cita yang aku miliki lenyap seketika. Aku tidak lagi memiliki harapan untuk hidup. Namun sekarang aku tau semua itu adalah sebuah kekeliruan. Tuhan mulai saat ini aku akan selalu berharap untuk mendapatkan mujizat-Mu, menjadi 1 diantara jutaan orang yang ada untuk sembuh. Aku juga akan berjuang yang terbaik untuk menggapai harapanku.

Kakak kenapa nangis?” tanya salah satu anak panti yang membuyarkan lamunanku.

Kakak gak apa-apa kok!” jawabku sambil tersenyum tulus kepadanya.

Kamu kok gak ikut main?”

Udah tadi” jawabnya polos sambil tersenyum.

Kak, ini dari kak Denny” kata gadis itu sambil menyerahkan sebuah kotak kecil padaku, anak kecil itupun kembali pergi untuk bermain ayunan bersama dengan teman-temannya.

Aku membuka kota kecil itu. Aku sangat kaget melihat isinya. Coklat dan sebuah kartu, entah darimana dia tau coklat favoritku. Aku membuka dan membacanya.

Aku tau dari suster Reni coklat kesukaan kamu, dia cerita banyak tentang kamu (aku sih yang tanya, abis aku penasaran hehehe..) Veliz, setiap manusia diciptakan beraneka ragam begitu pula dengan masalah yang dihadapi. Tapi aku mau kamu tau satu hal, aku akan selalu berusaha untuk selalu ada disamping kamu. (walaupun kamu selalu cuekin aku >.<, tapi aku gak pernah bisa memungkiri kalau kamu sudah menempati satu posisi penting di hatiku ^.^)

Aku tersenyum membacanya, akupun menatapnya dikejauhan yang sedang berada ditengah dikumpulan anak-anak. Sekarang aku baru menyadari apa yang sahabatnya katakan tentang dokter Denny, dia memang tampan. Tidak hanya tampan, dia juga bisa membuatku terbangun dari tidurku yang panjang.

Dokter Denny datang menghampiriku, ”Kamu mau gabung main sama kita?” tanyanya sambil tersenyum.

Ya!” jawabku sambil tersenyum menatapnya. Dia mengulurkan tangannya, dan aku menyambut tangannya.

3 bulan kemudian
Suster Reni membagikan satu persatu surat yang digenggamnya sebelum ia meninggalkan tempat itu.

Dear papa & mama,

Mungkin kita jarang berbicara. Papa dan mama terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Akupun sempat meragukan apakah kalian mencintaiku? Menyayangiku? karena sejujurnya aku tidak pernah merasakan itu. Mungkin aku memiliki segalanya yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain diluar sana tapi aku tidak pernah merasakan kebahagian sesungguhnya. Aku belajar memahami walaupun sakit karena aku juga ingin kalian pahami. Akupun hanya bisa berdoa agar aku dapat merasakan kasih sayang kalian suatu saat nanti. Papa, mama, trima kasih untuk pelukan hangat, tangis dan genggaman tangan kalian disaat-saat terakhirku. Walaupun hanya sebentar tapi aku sangat bahagia karena Tuhan sudah menjawab doaku. Papa, mama, aku sangat menyayangi kalian lebih dari apapun. Trimakasih untuk semuanya.
From the deepest of my heart i wanna say I LOVE YOU.

Dear my lovely friends,

Dulu aku hanya bisa menagisi nasipku, garis takdir yang tidak pernah kuingini. Akupun pernah menganggap Tuhan seperti tidak ada karena Dia tidak pernah peduli denganku, kebahagiaanku. Bertahun-tahun aku merasakan kehampaan, tidak ada satu orangpun yang memperdulikanku. Namun aku tau sekarang, Engkau tidak pernah melupakanku. Engkau mengirimkan sahabat-sahabat yang mengasihiku. Jenifer, Sasa, kevin, trimaksih untuk persahabatannya selama ini. Kalian yang selalu berusaha ada disisiku. Aku hanya bisa mengatakan betapa aku sangat mengasihi kalian semua...... trimakasih untuk semuanya I LOVE YOU ALL.... =)
Jangan menangis karena sekarang aku sedang tersenyum bahagia mengenang persahabatan kita.

With Love,
Your friend Veliza ^.^

Trimakasih ya dok, sudah membuat Veliz melakukan yang terbaik untuk kesembuhannya selama 3 bulan belakangan ini, walaupun Tuhan berkehendak lain.”

suster Reni sambil menyerahkan surat terakhir yang digenggamnya setelah itu ia pamit meninggalkan tempat itu. Dokter Denny berusaha untuk tetap tersenyum ditengah kepedihannya yang mendalam. Ia pun membuka surat itu perlahan dan membacanya.

Dear dr. Denny,

Entah apa maksud Tuhan menghadirkan kamu didalam hidupku.
Kamu yang tiba-tiba datang membangunkanku, mengingatkanku atas anugrah Tuhan yang sempat kulupakan. Kamu yang mengajarkanku arti dari sebuah harapan dan cinta yang tidak pernah aku rasakan.Kamu juga yang membuat aku sanggup menghadapi kenyataan hidup ini.
Yang aku tau pasti, kamu membawa pelangi kebahagiaan didalam hidupku.
Trimakasih Tuhan, Engkau telah mengirimkan pelangi untuk mewarnai hari-hariku, walaupun hanya sebentar itu sangat berarti bagiku.
Denny, thank you for everything.
Thanks to your presence which always by my side.
Thanks to fill my days and my heart with your love.
You are the beautiful present which i ever had.
I love you more than you ever know.

With love,
Veliza

Veliz, kamu sekarang tidak akan merasa sakit lagi, tidak akan ada lagi suntikan-suntikan yang akan membuat kamu menangis.” kata dokter Denny tersenyum menatap tanah yang masih basah dan penuh dengan taburan bunga. ”Dan kamu akan selalu menempati posisi penting dalam hatiku.” 
 

----------------------------------------------------Tamat--------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar